Jumat, 27 November 2009

Apakah UN masih diperlukan?

Dunia Pendidikan Indonesia seperti kehilangan arah. Putusan MA mengagetkan semua pihak terutama pemerintah dan departemen pendidikan secara umum. Putusan MA yang menolak gugatan pemerintah secara langsung memperngaruhi psikologi dunia pendidikan. Lihat saja: tadi secara spontan anak-anak murid saya kelas XII bertanya: Pak guru, UN tidak jadi ya? Saya, sebagai guru hanya bisa menjawab: Jadi atau tidak UN, kewajiban kamu adalah belajar. Saya bukan pembuat dan juga penentu kebijakan. 

Apa yang ditanyakan oleh siswa saya merupakan gambaran kemenangan bagi mereka, bahwa ternyata UN merupakan momok bagi siswa, juga bagi guru. Mengapa?

Banyak jawaban yang bisa dipaparkan, antara lain:

Pertama, Penentuan kelulusan anak hanya ditentukan selama 2 jam saat mengikuti UN saja. Sementara saat Ujian, bisa saja kondisi anak tidak stabil, atau dalam masalah tertentu. Lalu apakah jerih payahnya selama tiga tahun ini tidak dinilai dan tidak dihargaia?

Kedua, sistem UN dengan membuat plafon nilai sama rata untuk semua daerah menyulitkan banyak pihak, terutama sekolah-sekolah yang berada di daeah tertinggal, terpencil dan jauh dari sentuhan teknologi, seperti kami di Papua.

Ketiga, pemerintah belum maksimal dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatkan kualitas output pendidikan kita menyangkut SDM, Sarana dan Prasarana, Manajemen Pendidikan, Pengawasan, Pembiayaan dan Pemantauan pelaksanaannya.

Saat ini, perbincangan dan desakan dari banyak pihak menuntut pemerintah untuk tidak memaksakan UN ini, seperti yang disampaikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dan memang, jika belum siap, mengapa harus dipaksakan, bukankah ada prioritas yang lebih utama dan terpenting?

Keberhasilan dan kualitas Pendidikan tidak diukur dari angka-angka saja. Permainan angka jika tidak dimonitor dengan baik akan menjadi bumerang. Sebab, akan banyak pihak yang sibuk dan berlomba untuk mendapat nilai dengan angka yang baik, sementara prosesnya diabaikan. Inikah kualitas pendidikan kita?